Rabu, 14 Mei 2014

GANGGUAN SEKSUAL

DISFUNGSI SEKSUAL

A.      PENGERTIAN GANGGUAN
Disfungsi seksual merupakan gangguan seksual dimana seseorang mengalami kesulitan untuk berfungsi secara adekuat ketika melakukan hubungan seksual atau berbagai masalah seksual yang biasanya dianggap mencerminkan hambatan dalam siklus respon seksual normal. Masalah psikologis tidak hanya mempengaruhi mereka yang mengalami disfungsi seksual, namun juga orang-orang yang memiliki hubungan dengan mereka. Aspek masalah emosional manusia ini sangat penting dalam pertimbangan mengenai disfungsi seksual, yang biasanya terjadi dalam konteks hubungan pribadi yang intim.
Di dalam DSM-IV-TR membagi disfungsi seksual menjadi empat kategori utama: gangguan nafsu seksual, gangguan gairah seksual, gangguan orgasme dan gangguan nyeri seksual. Gangguan-gangguan tersebut dapat menyebabkan distress mendalam atau menimbulkan masalah interpersonal.
Sebagian besar konseptualisasi kontemporer mengenai siklus respon seksual merupakan penyempurnaan teori Master dan Johnson (1996) dan Kaplan (1974).  Para peneliti tersebut memperluas terobosan berbasis wawancara yang dikembangkan oleh kelompok Kinsey (Kinsey dkk., 1948, 1953 dalam Davison 2003) dengan melakukan observasi langsung dan pengukuran fisiologis terhadap orang-orang yang sedang melakukan masturbasi dan sedang berhubungan seks. Empat fase dalam siklus respon seksual manusia secara umum dapat diidentifikasi dan fase tersebut dianggap tidak jauh berbeda pada laki-laki dan perempuan, yakni:
1.      Keinginan (Appetitive). Dikemukakan oleh Kaplan (1974), tahap ini merujuk minat atau nafsu yang seringkali berhubungan dengan fantasi yang menimbulkan gairah seksual. Dalam Durand dan Barlow (2007) fase keinginan ini disebut sebagai fase nafs.
2.      Kegairahan (Excitement). Merupakan tahap awal dalam konsep Masters dan Johnson, yaitu suatu pengalama subjektif tentang kenikmatan seksual yang dihubungkan dengan perubahan fisiologis yang disebabkan meningkatnya aliran darah ke alat kelamin dan pada perempuan juga ke payudara. Pembengkakan tersebut, yaitu mengalirnya darah ke jaringan-jaringan, terlihat dalam bentuk ereksi penis pada laki-laki dan pada perempuan pembesaran payudara dan perubahan dalam vagina, seperti meningkatnya lubrikasi.
3.      Orgasme. Pada fase ini kenikmatan seksual mencapai puncaknya. Pada laki-laki ejakulasi dirasakan tak terhindarkan dan memang hampir selalu terjadi. Pada perempuan, tepi-tepi bagian luar ketiga pada vagina mengalami kontraksi dan pada kedua jenis kelamin terjadi ketegangan otot pada umumnya.
4.      Resolusi. Tahap akhir dalam konsep Masters dan Johnson merujuk pada relaksasi dan rasa nyaman yang biasanya mengikuti orgasme. Pada laki-laki terjadi periode pengerasan, di mana ereksi dan gairah lebih jauh lebih mungkin terjadi, namun selama kurun waktu yang berbeda-beda pada setiap individu dan bahkan pada individu yang sama pada saat yang berbeda-beda. Perempuan seringkali hampir secara langsung mampu kembali merespons kenikmatan seksual, yang memungkinkan terjadinya orgasme ganda.
Fase-fase utama siklus respons seksual diatas masing-masing berhubungan dengan disfungsi sosial tertentu. Selain itu, rasa sakit atau nyeri yang mengakibatkan timbulnya disfungsi-disfungsi seksual tambahan. Pada fase  keinginan atau nafsu gangguan yang terjadi yaitu gangguan nafsu seksual hipoaktif, yakni merujuk pada kurangnya atau tidak adanya fantasi dan dorongan seksual dan gangguan selanjutnya yaitu keengganan seksual, yakni seseorang secara aktif menghindari hampir semua kontak genital dengan orang lain.
Pada fase kegairahan atau rangsangan gangguan yang sering terjadi yaitu gangguan gairah seksual bagi perempuan dan gangguan ereksi pada laki-laiki. Pada fase orgasme gangguan yang terjadi yaitu, gangguan orgasme pada perempuan atau orgasme yang terhambat pada perempuan, gangguan orgasme pada laki-laki dan juga ejakulasi dini pada laki-laki. Dan juga terdapat gangguan nyeri seksual seperti dispareunia yaitu, rasa sakit yang selalu atau berulang kali dialami ketika melakukan kontak kelamin. Dan gangguan nyeri seksual yang lain yaitu vaginismus, dimana otot-otot pelvis di sepertiga luar vagina mengalami spasme atau kejang urat di luar kehendak saat berusaha melakukan hubungan seksual (Bancroft,1997; Leiblum 2007 dalam Durand dan Barlow, 2007).

B.     ETIOLOGI GANGGUAN
Aspek-aspek penyebab gangguan yaitu; pada gangguan nafsu seksual hipoaktif dan gangguan keengganan seksual terjadi karena ortodoksitas agama, mencoba melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak berjenis kelamin sesuai yang diingingkan, takut kehilanggan kendali, takut hamil, depresi, efek samping konsumsi obat seperti antihipertensi dan penenang, dan kurangnya rasa tertarik yang disebabkan faktor-faktor seperti kurangnya kebersihan dari pasangan (LoPiccolo dan Friedman,1988 dalam Davison dkk., 2003). Ffaktor-faktor hubungan juga dapat menjadi penyebab gangguan tersebut karena ada perempuan yang mengalami gangguan nafsu seksual menuturkan bahwa komunikasi dengan suami mereka tidak lancar dan mereka tidak puas dengan cara penyelesaian konflik dalam hubungan mereka (Stuart dkk., 2001 dalam Davison dkk., 2003). Juga terdapat data yang menunjukkan pentingnya kadar testoteron pada laki-laki karena semakin rendah kadarnya semakin rendah nafsu seksualnya.
Gangguan gairah seksual perempuan disebabkan apabila seorang perempuan bisa saja kurang mengetahui hal-hal yang dapat membuatnya terangsang dan bahkan kurang mengetahui anatomi tubuhnya sendiri. Ia mungkin malu mengatakan kebutuhannya dan salain itu, merasa bahwa perilaku pasangannya tidak menstimuli atau tidak menggenakkan. Konflik perkawinan tampaknya menjadi satu faktor, seperti juga bberapa masalah medis (seperti kurangnya estrogen dan diabetees) dan beberapa obat-obatan seperti obat hipertensi (Fanel, 1997 salam Davison dkk., 2003).
Sedangkan gangguan eraksi bagi laki-laki, sebanyak dua pertiga masalah ereksi memiliki penyebab biologis, yang biasanya dikombinasikan dengan faktor-faktor psikologis. Pada umumnya, setiap penyakit obat atau ketidak seimbangan hormon yang dapat mempengaruhi jalur syaraf atau pasokan darah ke penis dapat berkontribusi terhadap masalah ereksi; contohnya adalah beberapa obat seperti Thorazine, Prozac, dan beberapa obat antihipertensi, dan beberpa penyakit seoerti diabetes, penyakit ginjal, dan alkoholisme kronis. Sebagaimana disampaikan faktor-faktor somayik biasanya berinteraksi dengan faktor-faktor psikologis untuk dapat menimbulkan ereksi dan terus berlangsung. Contohnya kecemasan dan depresi umum terjadi dikalangan laki-laki yang mengalami gangguan ereksi (Araujo dkk., 1998; Schiavi, 1997 dalam Davison dkk., 2003).
Gangguan orgasme pada perempuan disebabkan karena orgasme pada perempuan mungkin tidak dengan sendirinya dimiliki perempuan seperti halnya pada laki-laki  sehingga perempuan harus belajar untuk dapat mengalami orgasme. Temuan survei menunjukkan bahwa perempuan yang jarang atau tidak pernah melakukan masturbasi sebelum mereka melakukan hubungan seks memiliki kemungkinan jauh lebih besar untuk tidak mengalami orgasme daripada perempuan yang melakukan masturbasi hingga mengalami orgasme sebelum aktif berhubungan seksual dengan pasangan (Hite, 1976; Hoon dan Hoon, 1978; Kinsey dkk., 1953 dalam Davison dkk., 2003). Namun faktor lain adalah rasa takut kehilangan kendali. Beberapa perempuan merasa takut bahwa mereka akan berteriak tanpa terkendali, membuat dirinya tampak bodoh atau pingsang.
Gangguan orgasme pada laki-laki dan ejakulasi dini. Beberapa penyebab gangguan orgasme pada laki-laki yang dikemukakan antara lain takut bila pasangannya hamil, menyembunyikan rasa cinta, mengekspresikan kekasaran, dan seperti halnya gangguan orgasme pada perempuan, takut untuk melepaskan kendali. Dalam beberapa kasus masalah tersebut dapat ditelusuri hingga ke penyebab fisik, seperti cedera saraf tulang belakang atau penggunaan obat penenang tertentu (Pyor, 2002 dalam Davison dkk., 2003). Sedangkan ejakulasi dini umumnya berbuhungan dengan kecemasan yang tinggi.
Gangguan nyeri seksual seperti dispareunia dan vaginismus biasanya disebabkan oleh masalah medis, seperti infeksi pada vagina, kandung kemih, atau rahim atau ukuran penis (McComick,1999; Meana dkk., 1997 dalam Davison 2003). Simptom-simptom deprsif, kecemasan, dan masalah perkawinan juga dihubungkan dengan dispareunia (Meana dkk., 1998 dalam Davison dkk., 2003). Sebuah teori penyebab vaginismus menduga bahwa si perempuan ingin, mungkin tanpa sadar, mengingkari dirinya, pasangannya, atau pemikiran ini, tidak ada bukti yang mendukungnya. Meskipun demikian, takut hamil, berperan dalam vaginismus (A.1., Reissing, Binik dan Khalife, 1999; Tugrul dan Kabacki, 1997 dalam Davison dkk., 2003).

C.    KLASIFIKASI DIAGNOSA
Simptom dan klasifikasi diagnosa berdarakan DSM TR-IV yaitu:
1.      Kriteria nafsu seksual hipoaktif yaitu
·         Kurangnya atau tidak adanya fantasi dan nafsu seksual yang berlangsung secara terus menerus.
·         Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal.
·         Tidak disebabkan oleh gangguan Aksis 1 lain (kesuali disfungsi seksual lain) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.
2.      Kriteria gangguan keengganan seksual yaitu:
·         Penolakan secara terus menerus terhadap (hampir) kontak seksual
·         Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
·         Tidak disebabkan gangguan Aksis 1 lainnya (kecuali disfungsi seksual lainnya).
3.      Kriteria gangguan gairah seksual pada perempuan yaitu:
·         Ketidakmampuan yang terus menerus untuk mencapai atau mempertahankan kenikmatan seksual (lubrikasi dan pembengkakan genital) yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas seksual
·         Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
·         Tidak disebabkan gangguan Aksis 1 lainnya (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat dari penyakit medis umum.
4.      Kriteria gangguan ereksi pada laki-laki yaitu:
·         Ketidakmampuan yang terus menerus untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas seksual
·         Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
·         Tidak disebabkan gangguan Aksis 1 lainnya (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat dari penyakit medis umum.
5.      Kriteria gangguan orgasme pada perempuan dan laki-laki yaitu :
·         Tertundanya atau tidak terjadinya orgasme secara terus menerus setelah periode gairah seksual normal dengan mempertimbangkan umur, pengalaman seksual, dan keadekuatan stimulasi seksual yang diterimanya.
·         Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
·         Tidak disebabkan gangguan Aksis 1 lainnya (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat dari penyakit medis umum.
6.      Kriteria ejakulasi dini yaitu:
·         Selalu mengalami ejakulasi setelah stimulasi minimal yang sebelum orang yang bersangkutan menginginkannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase kegairahan, seperti umur, masih awam dengan situasi atau pasangan, dan frekuensi hubungan seksual dalam waktu terakhir
·         Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
·         Tidak semata-mata disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu obat.
7.      Kriteria dispareunian yaitu :
·         Rasa nyeri berulang pada kelamin yang berhubungan dengan kontak kelamin dalam hubungan seksual
·         Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
·         Tidak disebabkan gangguan Aksis 1 lainnya (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat dari penyakit medis umum.
8.      Kriteria vaginismus yaitu :
·         Kejang berulang pada bagian luar ketiga pada vagina hingga ketingkat yang tidak memungkinkan terjadinya kontak kelamin dalam hubungan konvensional
·         Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal
·         Tidak disebabkan gangguan Aksis 1 lainnya atau efek fisiologis langsung dari suatu obat dari penyakit medis umum.

D.    CONTOH KASUS GANGGUAN
1.      Permasalahan
Carl (55 Tahun) mengalami kesulitan untuk mempertahankan ereksinya walaupun ia belum menikah ia terlibat hubungan intim dengan seorang wanita (50 Tahun). Karena merasa malu ia enggan ke klinik, Wawancara yang diteliti menemukan bahwa Carl melakukan hubungan seks 2 kali seminggu. Tetapi permintaan klinisnya untuk memberikan deskripsi terperinci tentang aktivitas seksualnya menggungkapkan adanya pola yang tidak lazim. Carl tidak melakukan “pemanasan” dan langsung melakukan penetrasi! Malangnya, karena pasangannya belum terangsang dan terlubrikasi, ia tidak dapat melakukannya. Usaha mati-matiannya kadang-kadang mengakibatkan terjadinya lecet-lecet pada keduanya. Dua sesi pendidikan seks yang tidak ekstensif, termasuk instruksi langkah demi langkah untuk “pemanasan” membuat pandangan Carl terhadap seks berubah. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia berhasil memuaskan pasangannya.
2.      Diagnosa
Carl atau subjek memiliki permasalahan bahwa Carl mengalami stress yang diakibatkan karena ketidakmampuannya mencapai dan mempertahankan ereksi dan juga karena ketidakmampuannya memuaskan pasangannya.
3.      Pembahasan
Dalam contoh kasus yang dialami Carl atau subjek memiliki permasalahan bahwa Carl mengalami stress yang diakibatkan karena ketidakmampuannya mencapai dan mempertahankan ereksi dan juga karena ketidakmampuannya memuaskan pasangannya. Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan pendekatan psikodinamika umum yang menyatakan bahwa klien sering kali tidak mampu menyampaikan dengan jelas masalah yang benar-benar mengganggu mereka kepada terapis dapat membantu pengukuran dan perencanaan yang tepat untuk terapi perilaku (Kaplan, 1974). Psikodinamika suatu paradigma yang berasal dari Sigmund Freud yang berfokus pada represi dan proses-proses bawah sadar lainnya yang dapat ditelusuri ke konflik-konflik di masa kecil. Paradigma psikoanalisis secara umum mencari penyebab abnormalitas dalam ketidaksadaran dan masa awal kehidupan pasien, walaupun analis ego di masa kini memberikan penekanan yang lebih besar terhadap fungsi-fungsi ego yang disadari. Intervensi berdasarkan teori psikoanalisis biasanya berupaya untuk mengangkat represi sehingga pasien dapat mempelajari ketakutannya di masa kecil yang selama ini terpendam.


DAFTAR PUSTAKA

Davison, Gerald C. 2003.psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Durand, V Mark dan David H. Barlow. 2007. Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


4 komentar:

  1. SEMOGA BERMANFAAT Jual bawang dayak, yang banyak akan manfaat, salah satunya mengobati gangguan sexsual || Kami petani bawang dayak pacitan Jawa Timur menawarkan berbagai macam bawang | Segar 55k/kg |Kering 160k/kg |Serbuk 200k/kg |Bibit 90k/kg | KAMI KIRIM BARANG DULU DEMI KENYAMANAN ANDA BERTRANSAKSI DENGAN KAMI | pesan sekarang sms 085740049996 | atau kunjungi Herbaldayak.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Bingung Cari Situs Judi Online

    Terpercaya ?
    Sering kalah Ditempat

    lain..? Mungkin disini KEMENANGAN ANDA

    !
    Situs Betting Terpercaya Dan Terbesar

    di ASIA SATUQQ

    Menawarkan | Fasilitas |

    Keunggulan
    Deposit & Withdraw Minimal Rp.

    20.000,
    Deposit & Withdrawal Super Cepat
    BONUS ROLINGAN 0.5 % Tiap senin
    BONUS

    REFERAL 20 % Seumur Hidup
    Customer

    Service Sopan & Ramah Siap Membantu
    Live

    Chat Responsif 24 jam
    Real Fair Play

    100%
    Server Tercepat di Asia Tanpa Lelet
    Jangan berpikir dua kali, Daftar

    sekarang juga dan nikmati fasilitas nya
    DAFTAR SEKARANG
    AYO MENJADI MILLIARDER DI

    SATUQQ*NET , SITUS AGEN POKER DAN DOMINO

    ONLINE YANG TERBAIK , TERPERCAYA DAN

    TERBESAR DI INDONESIA , DENGAN WIN RATE

    TERTINGGI

    Hanya Dengan 1 User ID Kamu

    Dapat Bermain 9 Permainan

    BANDAR66


    POKER


    BANDARQ


    SAKONG

    DOMINOQQ


    BANDAR99


    BANDARPOKE

    R

    CAPSASUSUN


    PERANGBACA

    RAT


    SIAPA BILANG MODAL KECIL TIDAK BISA

    MENANG BANYAK !
    HANYA DENGAN MODAL AWAL

    RP 20.000 SAJA !!
    ANDA BISA MENANG

    PULUHAN SAMPAI RATUSAN JUTA
    SUDAH

    TERBUKTI
    HANYA DI satuqq net YANG BISA

    BEGINI

    AYO TUNGGU APA LAGI BOSKU..
    BONUS

    CASHBACK MINGGUAN 0.5% TANPA SYARAT
    BONUS

    REFERRAL 20% SEUMUR HIDUP
    Minimal Deposit

    & Withdraw Hanya Dengan Rp 20.000
    Pelayanan Super Top, Cepat Dan Responsif

    Serta Sangat Ramah
    Proses Deposit Dan

    Withdraw Hanya Membutuhkan Waktu Terlama

    2 Menit
    100% PLAYER VS PLAYER ( NO BOT )
    Untuk Keterangan Lebih Lanjut,Anda Bisa

    Mengubungi Kami Melalui :

    -WA :

    +855964907457
    -LINE : SatuQQ
    - DAFTAR KLIK

    >>

    SATUQQ

    BalasHapus