1. Defenisi Lansia
Lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik, yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, lansia lebih dipandang sebagai beban
dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa
tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Suhartini, 2001).
Lansia adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Darmojo, 1999).
Supardjo (1982) mengemukakan bahwa usia kronologis
merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai
aspek pengelompokan lansia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena
batasan tersebut mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia
hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
Usia tua biasanya berarti fase dari siklus
kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi usia tua
menjadi dua kelompok, yaitu usia tua yang muda (young-old) berusia 65
sampai 74 tahun dan usia tua yang tua (old-old) berusia 75 tahun ke atas.
Disamping itu, populasi
termasuk lansia yang sehat (well-old), yang sehat dan tidak menderita
salah satu penyakit, dan lansia yang sakit (sick-old), yang menderita
suatu kelemahan yang mengganggu fungsi dan yang memerlukan perhatian medik atau
psikiatrik (Kaplan & Sadock, 1997).
Berdasarkan
pemaparan beberapa ahli mengenai definisi lansia, dapat disimpulkan bahwa lansia
merupakan kelompok masyarakat yang mengalami kemunduran fungsi organ-organ
tubuh sehingga menyebabkan lansia mengalami keterbatasan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari.
2. Batasan
Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (Pelenkahu dan Suling, 1996) mengemukakan
bahwa batasan lansia, yaitu:
a.
Usia pertengahan (middle
age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut
usia (elderly), antara 60-74 tahun.
c. Lanjut
usia tua (old), antara 75-90 tahun.
d.
Usia sangat tua (very
old), di atas 90 tahun.
Oswari (1997) mengemukakan bahwa golongan lansia, yaitu:
a.
Fase iuventus, antara 25-40 tahun.
b.
Fase verilitas, antara 40-50 tahun.
c.
Fase prasenium, antara 55-65 tahun.
d.
Fase senium, antara 65 tahun hingga tutup usia.
Supartono (2003) membagi lansia menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a.
Lansia peralihan awal, berumur 50-55 tahun.
b.
Lansia peralihan menengah, berumur 55-60 tahun.
c.
Lansia peralihan akhir, berumur 60-65 tahun.
Berdasarkan pemaparan para ahli tentang batasan lansia, dapat
disimpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah berumur 50 tahun
ke atas.
3. Perubahan-perubahan
yang Terjadi Pada Lansia
Surini
dan Utomo (2003) mengemukakan beberapa perubahan pada lansia, yaitu:
a.
Perubahan fisik
1)
Sel
Jumlah
sel lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, penurunan jumlah cairan
intraseluler, penurunan proporsi protein sel di otak, otot, ginjal, darah, dan penurunan
fungsi hati.
2) Sistem
pencernaan
a) Gangguan
gigi geligi karena kerusakan gusi, karies pada akar gigi, dan copotnya beberapa
gigi. Kondisi tersebut mengakibatkan lansia mengalami hambatan dalam proses
pengunyahan.
b) Sensitivitas
indera penciuman, penurunan kepekaan indera penciuman (olfaktori), integrasi sistem saraf pusat, obat-obatan, kebersihan
diri, gizi atau akibat penyakit seperti parkinzon, dan alzheimer. Penurunan
indera perasa karena iritasi kronis dari selaput lendir, atrofi dari indera
pengecapan, menurunnya sensitivitas dari pengecap. Kondisi tersebut akan
menurunkan selera makan.
c) Produk
asam lambung dan enzim pencernaan, penurunan asam lambung, dan beberapa enzim
pencernaan akan berpengaruh terhadap pencernaan vitamin B-12, asam folat, dan
kalsium.
d) Penurunan
absorbsi usus karena kekurangan elektrolit, laktosa, vitamin B-6, vitamin D,
kalsium, dan besi.
e) Perubahan
fungsi hati terjadi penyusutan ukuran, penurunan jumlah hepatosit, penurunan
aliran darah, dan penurunan kecepatan fungsi metabolik. Kondisi tersebut
berimplikasi terhadap penurunan kecepatan hati dalam memproses racun seperti
obat-obat dan alkohol.
3)
Sistem pendengaran
Terjadi
penurunan kualitas pendengaran pada telinga dalam, dan terjadinya atrofi pada
membran timpani yang mengakibatkan otot sklerosis.
4)
Sistem penglihatan
Terjadinya
kekeruhan pada lensa (menjadi katarak) yang menyebabkan gangguan penglihatan,
menurunnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, menurunnya respon
terhadap cahaya dan daya adaptasi terhadap kegelapan lambat.
5)
Sistem respirasi
Terjadinya
penurunan kekuatan otot-otot pernafasan, penurunan aktivitas silia, penurunan
elastisitas paru-paru, kapasitas residu meningkat, penarikan nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimal menurun, kedalaman bernafas menurun, terjadi
pelebaran ukuran alveoli, jumlahnya berkurang, dan kemampuan batuk menurun.
6)
Sistem kardiovaskuler
Terjadi
penurunan elastisitas dinding aorta, katub jantung menebal dan kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun, penurunan elastisitas pembuluh darah dan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
b. Perubahan
psikososial
Nilai seseorang sering diukur
berdasarkan produktivitas dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan. Apabila seseorang pensiun (purna tugas), maka akan mengalami
beberapa kehilangan, yaitu:
1)
Kehilangan finansial (income berkurang).
2)
Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitas).
3)
Kehilangan teman atau relasi.
4)
Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
c.
Perubahan psikologis
1)
Menurunnya kualitas organ indera, mengakibatkan
ketulian dan penglihatan kabur, sehingga membuat lansia merasa terputus hubungan dengan orang lain.
2)
Menurunnya kualitas output
intelektual, menyebabkan lansia sulit menyesuaikan diri dengan cara berpikir
generasi muda.
3)
Menurunnya kemampuan beraktivitas, konsentrasi, dan
daya ingat yang lemah terhadap peristiwa-peristiwa yang baru terjadi, membuat lansia
tampak kaku, dan repetitive.
4)
Kesulitan-kesulitan yang dialami lansia, dan kurangnya
kontak membuat lansia berpaling ke masa lalu untuk memperoleh penghiburan. Lansia
akan menceritakan tentang kejayaan di masa lalu yang diulang-ulang.
5)
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Kondisi tersebut terjadi sebagai
reaksi terhadap sesuatu yang dialami seseorang.
6)
Depresi merupakan sikap kemuraman hati yang sering timbul
pada lansia. Mereka seakan-akan merasa tertinggal dan tidak berdaya terhadap
keadaan sekelilingnya.
Berdasarkan pemaparan ahli pada paragraf sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa lansia mengalami perubahan baik secara fisik,
psikososial, dan psikologis. Perubahan tersebut menyebabkan lansia rentan
mengalami gangguan, baik secara fisik maupun secara psikologis.
wahhh... ketemu tulisannya pak zulfikar..
BalasHapusbaraqallah pak...
makasih kak membantu banget
BalasHapusmy axis app