Rabu, 14 Mei 2014

PSIKOLOGI LANSIA (Lanjut Usia)



1.      Defenisi Lansia
Lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik, yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, lansia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Suhartini, 2001).
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 1999).
Chalhoun (1995) mengemukakan bahwa masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Akan tetapi, bagi orang lain periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lansia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lansia yang memandang usia tua dengan sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan dan keputusasaan. Lansia menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental.
Supardjo (1982) mengemukakan bahwa usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lansia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan tersebut mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
Usia tua biasanya berarti fase dari siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi usia tua menjadi dua kelompok, yaitu usia tua yang muda (young-old) berusia 65 sampai 74 tahun dan usia tua yang tua (old-old) berusia 75 tahun ke atas. Disamping itu, populasi termasuk lansia yang sehat (well-old), yang sehat dan tidak menderita salah satu penyakit, dan lansia yang sakit (sick-old), yang menderita suatu kelemahan yang mengganggu fungsi dan yang memerlukan perhatian medik atau psikiatrik (Kaplan & Sadock, 1997).
Berdasarkan pemaparan beberapa ahli mengenai definisi lansia, dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan kelompok masyarakat yang mengalami kemunduran fungsi organ-organ tubuh sehingga menyebabkan lansia mengalami keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
2.      Batasan Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (Pelenkahu dan Suling, 1996) mengemukakan bahwa batasan lansia, yaitu:
a.       Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.
b.      Lanjut usia (elderly), antara 60-74 tahun.
c.       Lanjut usia tua (old), antara 75-90 tahun.
d.      Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.
Oswari (1997) mengemukakan bahwa golongan lansia, yaitu:
a.       Fase iuventus, antara 25-40 tahun.
b.      Fase verilitas, antara 40-50 tahun.
c.       Fase prasenium, antara 55-65 tahun.
d.      Fase senium, antara 65 tahun hingga tutup usia.
Supartono (2003) membagi lansia menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.       Lansia peralihan awal, berumur 50-55 tahun.
b.      Lansia peralihan menengah, berumur 55-60 tahun.
c.       Lansia peralihan akhir, berumur 60-65 tahun.
Berdasarkan pemaparan para ahli tentang batasan lansia, dapat disimpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah berumur 50 tahun ke atas.
3.      Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Surini dan Utomo (2003) mengemukakan beberapa perubahan pada lansia, yaitu:
a.       Perubahan fisik
1)      Sel
Jumlah sel lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, penurunan jumlah cairan intraseluler, penurunan proporsi protein sel di otak, otot, ginjal, darah, dan penurunan fungsi hati.
2)      Sistem pencernaan
a)      Gangguan gigi geligi karena kerusakan gusi, karies pada akar gigi, dan copotnya beberapa gigi. Kondisi tersebut mengakibatkan lansia mengalami hambatan dalam proses pengunyahan.
b)      Sensitivitas indera penciuman, penurunan kepekaan indera penciuman (olfaktori), integrasi sistem saraf pusat, obat-obatan, kebersihan diri, gizi atau akibat penyakit seperti parkinzon, dan alzheimer. Penurunan indera perasa karena iritasi kronis dari selaput lendir, atrofi dari indera pengecapan, menurunnya sensitivitas dari pengecap. Kondisi tersebut akan menurunkan selera makan.
c)      Produk asam lambung dan enzim pencernaan, penurunan asam lambung, dan beberapa enzim pencernaan akan berpengaruh terhadap pencernaan vitamin B-12, asam folat, dan kalsium.
d)     Penurunan absorbsi usus karena kekurangan elektrolit, laktosa, vitamin B-6, vitamin D, kalsium, dan besi.
e)      Perubahan fungsi hati terjadi penyusutan ukuran, penurunan jumlah hepatosit, penurunan aliran darah, dan penurunan kecepatan fungsi metabolik. Kondisi tersebut berimplikasi terhadap penurunan kecepatan hati dalam memproses racun seperti obat-obat dan alkohol.
3)      Sistem pendengaran
Terjadi penurunan kualitas pendengaran pada telinga dalam, dan terjadinya atrofi pada membran timpani yang mengakibatkan otot sklerosis.
4)      Sistem penglihatan
Terjadinya kekeruhan pada lensa (menjadi katarak) yang menyebabkan gangguan penglihatan, menurunnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, menurunnya respon terhadap cahaya dan daya adaptasi terhadap kegelapan lambat.
5)      Sistem respirasi
Terjadinya penurunan kekuatan otot-otot pernafasan, penurunan aktivitas silia, penurunan elastisitas paru-paru, kapasitas residu meningkat, penarikan nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimal menurun, kedalaman bernafas menurun, terjadi pelebaran ukuran alveoli, jumlahnya berkurang, dan kemampuan batuk menurun.
6)      Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan elastisitas dinding aorta, katub jantung menebal dan kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, penurunan elastisitas pembuluh darah dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
b.      Perubahan psikososial
Nilai seseorang sering diukur berdasarkan produktivitas dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Apabila seseorang pensiun (purna tugas), maka akan mengalami beberapa kehilangan, yaitu:
1)      Kehilangan finansial (income berkurang).
2)      Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitas).
3)      Kehilangan teman atau relasi.
4)      Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
c.       Perubahan psikologis
1)      Menurunnya kualitas organ indera, mengakibatkan ketulian dan penglihatan kabur, sehingga membuat lansia  merasa terputus hubungan dengan orang lain.
2)      Menurunnya kualitas output intelektual, menyebabkan lansia sulit menyesuaikan diri dengan cara berpikir generasi muda.
3)      Menurunnya kemampuan beraktivitas, konsentrasi, dan daya ingat yang lemah terhadap peristiwa-peristiwa yang baru terjadi, membuat lansia tampak kaku, dan repetitive.
4)      Kesulitan-kesulitan yang dialami lansia, dan kurangnya kontak membuat lansia berpaling ke masa lalu untuk memperoleh penghiburan. Lansia akan menceritakan tentang kejayaan di masa lalu yang diulang-ulang.
5)      Kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Kondisi tersebut terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami seseorang.
6)      Depresi merupakan sikap kemuraman hati yang sering timbul pada lansia. Mereka seakan-akan merasa tertinggal dan tidak berdaya terhadap keadaan sekelilingnya.
Berdasarkan pemaparan ahli pada paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa lansia mengalami perubahan baik secara fisik, psikososial, dan psikologis. Perubahan tersebut menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan, baik secara fisik maupun secara psikologis.

2 komentar: