Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. ( Northouse, 1998).
Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang
untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi
masalah yang dihadapinya melalui komunikasi, (Suryani 2005).
Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir 2006), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien.
Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional
yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010).
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah
yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
Pertama, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien
yang tadinya tidak biasa menerima apa adanya atau merasa rendah diri, setelah
berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
Kedua, kemampuan membina hubungan interpersonal dan saling bergantung
dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima
dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien
apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya .
Ketiga, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau
tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
Keempat, rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Identitas personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. Klien yang
mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri
dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat
dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
Dalam hal ini perawat berusaha menggali semua aspek kehidupan klien di masa
sekarang dan masa lalu. Kemudian perawat membantu meningkatkan integritas diri
klien melalui komunikasinya dengan klien, (Suryani 2005).
C. Karakteristik/Ciri-ciri
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut :
1. Terjadi antara perawat/bidan
dengan pasien,
2. Mempunyai hubungan akrab dan
mempunyai tujuan yang jelas,
3. Fokus pada pasien yang
membutuhkan bantuan,
4. Perawat/bidan dengan aktif,
mendengarkan dan memberikan respon pada pasien.
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi
terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54). Ikhlas ( Genuiness )
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan
kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat. Empati ( Empathy ) Merupakan sikap
jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan. Hangat ( Warmth ) Kehangatan dan
sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan
ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya
lebih mendalam.
D. Unsur-unsur
Komunikasi Terapeutik
Unsur-unsur
dalam komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut :
1. Komunikator,
2. Komunikan,
3. Pesan
yang disampaikan, dan
4. Lingkungan
waktu komunikasi berlangsung.
Sumber proses komunikasi yaitu pengirim
dan penerima pesan. Prakarsa berkomunikasi dilakukan oleh sumber ini dan sumber
juga menerima pesan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mengirim pesan. Pesan-pesan
yang disampaikan dengan menggunakan penyandian baik yang berupa bahasa verbal
maupun non verbal. Penerima/Komunikan yaitu orang yang menerima pengiriman pesan
dan membalas pesan yang disampaikan oleh sumber, sehingga dapat diketahui mengerti
tidaknya suatu pesan. Lingkungan waktu komunikasi berlangsung,
yang dalam hal ini meliputi saluran penyampaian dan penerimaan pesan serta
lingkungan alamiah saat pesan disampaikan. Saluran penyampaian pesan melalui
indra manusia yaitu pendengaran, penglihatan, pengecap dan perabaan.
E. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Menurut (Suryani 2000), ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam
membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik:
Pertama, hubungan perawat/bidan dengan klien adalah hubungan terapeutik
yang saling menguntungkan. Hubungan
ini didasarkan pada prinsip ”humanity of nurse and clients”. Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak hanya
sekedar hubungan seorang penolong
dengan kliennya tetapi
lebih dari itu, hubungan antar manusia yang bermartabat.
Kedua, perawat harus menghargai keunikan
klien. Tiap individu mempunyai karakter yang berbeda-beda, karena
itu perawat
perlu memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan
keunikan tiap individu.
Ketiga,
semua komuikasi yang
dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam
hal ini perawat harus mampu menjaga harga
dirinya dan harga diri klien.
Keempat,
komunikasi
yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai terlebih
dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan
alternative pemecahan masalah. Hubungan saling percaya
antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
Prinsip
Komunikasi Terapeutik (Menurut Carl Rogers)
- Bidan sebagai tenaga kesehatan harus mengenal dirinya sendiri,
- Komunikasi ditandai dengan sikap menerima, percaya dan menghargai,
- Bidan sebagai tenaga kesehatan harus paham, menghayati nilai yang dianut pasien,
- Bidan sebagai tenaga kesehatan harus sadar pentingnya kebutuhan pasien,
- Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa takut,
- Bidan sebagai tenaga kesehatan menciptakan suasana agar pasien punya motivasi mengubah diri,
- Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menguasai perasaannya sendiri,
- Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten,
- Bidan harus paham akan arti empati,
- Bidan harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka,
- Bidan harus dapat berperan sebagai role model,
- Mampu mengekspresikan perasaan,
- Altruisme (panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain,
- Berpegang pada etika,
- Tanggung jawab
F. Jenis
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik.
Menurut
Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995)
dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan
non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
1.
Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal
terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat
dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk
mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti
yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal
dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara
langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
a.
Jelas dan
ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan
langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan
teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat
dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan
lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan,
siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan
ide secara sederhana.
b.
Perbendaharaan
Kata (Mudah dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan
tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan
dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien
dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada
mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru paru anda” akan
lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru
anda”.
c.
Arti
denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama
terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran,
perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien
sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata
kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi
dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi,
terapi dan kondisi klien.
d.
Selaan dan
kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada
pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan
cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan
pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan
memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang
akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari
pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada
pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
e.
Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan.
Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko
operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu
tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu,
perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan
dengan minat dan kebutuhan klien.
f.
Humor
Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa
tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh
stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan
bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor
untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk
berkomunikasi dengan klien.
2.
Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat
menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
a. Lengkap
b.
Ringkas
c.
Pertimbangan
d.
Konkrit
e.
Jelas
f.
Sopan
g.
Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
a.
Sebagai
tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
b.
Alat
pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.
c.
Dokumentasi
historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui
perkembangan masa lampau.
d.
Jaminan
keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
e.
Pedoman atau
dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis
adalah:
a.
Adanya
dokumen tertulis
b.
Sebagai
bukti penerimaan dan pengiriman
c.
Dapat
meyampaikan ide yang rumit
d.
Memberikan
analisa, evaluasi dan ringkasan
e.
Menyebarkan informasi
kepada khalayak ramai
f.
Dapat
menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
g.
Untuk
penelitian dan bukti di pengadilan
Kerugian Komunikasi tertulis adalah:
a.
Memakan
waktu lama untuk membuatnya
b.
Memakan
biaya yang mahal
c.
Komunikasi
tertulis cenderung lebih formal
d.
Dapat menimbulkan
masalah karena salah penafsiran
e.
Susah untuk
mendapatkan umpan balik segera
f.
Bentuk dan
isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
g.
Bila
penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.
3.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah
pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling
meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari
pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti
terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan.
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non
verbal sebagai berikut:
a. Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang
diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh.
Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh
tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat
pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang
berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan
lain-lain.
bb. Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal
yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain
waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
cc. Haptik
Haptik seringkali disebut zero
proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi.
Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu
sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik
mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
dd.
Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap
penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan
simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang
rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan
suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara
langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang
mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.
ee. Artifak
Kita memehami artifak dalam
komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita,
lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala
dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin
sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan
pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian
atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin
tinggi status sosial orang itu.
f f.
Logo dan Warna
Kreasi perancang untuk menciptakan
logo dalam penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keijan
dapat ditiru dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk
dijadikan simbol dan suatu karaya organisasi atau produk dalam suatu organisasi,
terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan
pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
gg. Tampilan
Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan
tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering
menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus,
ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap
atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau
informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan
sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat
mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau
menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri,
2007:108).
G. Faktor-faktor Penghambat Komunikasi
Terapeutik
Terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat komunikasi terapeutik diantaranya :
1. Pemahaman yang berbeda;
2. Penafsiran yang berbeda;
3. Komunikasi yang terjadi satu
arah;
4. Kepentingan yang berbeda/berlawanan;
5. Pemberian jaminan yang tidak
mungkin;
6. Bicara hal-hal yang pribadi;
7. Menuntut bukti, penjelasan dan
tantangan;
8. Mengalihkan topik pembicaran;
9. Memberikan kritik mengenai
perasaan pasien;
10. Terlalu banyak bicara;
11. Memperlihatkan sifat jemu dan
pesimis.
H. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2. Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4. Kerahasiaan klien harus dijaga.
5. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasehat.
7. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik.
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2. Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4. Kerahasiaan klien harus dijaga.
5. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasehat.
7. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik.
I. Tahap Interaksi dengan Pasien
Syarat dasar komunikasi menjadi
efektif (Stuart, 1998) adalah :
1.
Komunikasi ditujukan untuk
menjaga harga diri pemberi dan penerima pesan.
2.
Komunikasi dilakukan dengan saling
pengertian sebelum memberi saran, informasi dan masukan.
1.
Tahap Interaksi dengan Pasien
a.
Pre
interaksi
Adalah masa persiapan sebelum
mengevaluasi dan berkomunikasi dengan pasien. Pada masa ini bidan perlu membuat
rencana interaksi dengan pasien yaitu : melakukan evaluasi diri, menetapkan
tahapan hubungan/ interaksi, merencanakan interaksi.
b.
Perkenalan
Adalah kegiatan yang dilakukan saat
pertama kali bertemu. Hal yang perlu dilakukan bidan adalah : memberi salam;
memperkenalkan diri; menanyakan nama pasien; menyepakati pertemuan (kontrak);
melengkapi kontrak; menyepakati masalah pasien; mengakhiri perkenalan.
c.
Orientasi
Fase ini dilakukan pada awal setiap
pertemuan kedua dst. Tujuan : memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah
dibuat dengan keadaan pasien dan mengevaluasi hasil tindakan yg lalu. Hal yang
harus diperhatikan : memberi salam; memvalidasi keadaan psien; mengingatkan
kontrak.
2.
Fase
Kerja
Merupakan inti hubungan bidan-klien yang terkait erat dengan
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan :
1.
Meningkatkan pengertian dan
pengenalan pasien tentang diri, perasaan, pikiran dan perilakunya (tujuan
kognitif).
2. Mengembangkan, mempertahankan,dan
meningkatkan kemampuan pasien secara mandiri menyelesaikan masalah yang
dihadapi (tujuan afektif & psikologi).
3.
Melaksanakan terapi/ klinis
keperawatan.
4.
Melaksanakan pendidikan kesehatan.
5.
Melaksanakan kolaborasi.
6.
Melaksanakan observasi dan
pemantauan.
3.
Fase
terminasi
Merupakan
akhir dari setiap pertemuan bidan dengan pasien. Klasifikasi terminasi :
a.
Terminasi
sementara : akhir dari tiap pertemuan bidan dengan pasien; terdiri dari
tahap evaluasi hasil, tahap tindak lanjut dan tahap untuk kontrak yang akan
datang.
b.
Terminasi
akhir : terjadi jika pasien akan pulang dari rumah sakit atau bidan selesai
praktik. Isi percakapan antara bidan dengan pasien meliputi tahap evaluasi
hasil, isi percakapan tindak lanjut dan tahap eksplorasi perasaan.
Langkah-langkah
teknik menjalin hubungan dengan klien adalah sebagai berikut :
1.
Mendengar
dengan penuh perhatian
Usaha bidan mengerti pasien dengan cara mendengarkan masalah
yang disampaikan pasien. Sikap bidan : pandangan ke pasien, tidak menyilangkan
kaki dan tangan, menghindari gerakan yang tidak perlu, tubuh condong ke arah
pasien.
2.
Menunjukkan
penerimaan
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Sikap bidan : mendengarkan tanpa
memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal.
3.
Menanyakan
pertanyaan yg berkaitan
Tujuan : mendapatkan informasi yang spesifik mengenai
masalah yang disampaikan pasien.
4.
Mengulang
ucapan pasien dengan kata-kata
Pemberian feedback dilakukan setelah bidan melakukan
pengulangan kembali kata kata pasien.
5.
Mengklarifikasi
Tujuan : untuk menyamakan pengertian.
6.
Memfokuskan
Untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan lebih
spesifik dan dimengerti.
7.
Menyatakan
hasil observasi
Bidan memberikan umpan balik pada pasien dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga pasien dapat menguraikan apakah pesannya diterima atau
tidak.
8.
Menawarkan
informasi
Memberi tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan untuk pasien.
9.
Diam
Memberikan kesempatan pada bidan untuk mengorganisasikan
pikiran dan memproses informasi.
10. Meringkas
Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Manfaat : membantu, mengingat topik yang telah dibahas sebelum
melanjutkan pembicaraan.
1 1. Memberikan penghargaan
Teknik ini tidak digunakan untuk menyatakan hal yang baik
dan buruk.
1 2. Menawarkan diri
Menyediakan diri Anda tanpa respon bersyarat atau respon
yang diharapkan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan;
Memberi kesempatan kepada pasien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan.
1 3. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tujuan :
a.
Memberi kesempatan pasien untuk
mengarahkan seluruh pembicaraan, menafsirkan diskusi, bidan mengikuti apa yg
sedang dibicarakan selanjutnya.
b.
Menempatkan kejadian dan waktu
secara berurutan.
c.
Menguraikan kejadian secara teratur
akan membantu bidan dan pasien untuk melihat dalam suatu perspektif.
d.
Menemukan pola kesukaran
interpersonal klien.
1 4. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsi
Bidan harus dapat melihat segala sesuatu dari
perpektif pasien.
1 5. Perenungan
Memberikan kesempatan untuk mengemukakan dan menerima ide
serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
J. Teknik Komunikasi Terapeutik (Menjalani Hubungan dengan Klien)
Ada dua persyaratan dasar untuk
komunikasi yang efektif (Stuart dan Sundeen, 1998) yaitu :
1.
Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga
diri pemberi maupun penerima pesan.
2.
Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus
dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.
Stuart dan
Sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1.
Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dalam hal ini perawat berusaha
mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Mendengar
merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui
perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara.
Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2.
Menunjukkan penerimaan.
Menerima tidak berarti menyetujui,
menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau ketidaksetujuan.
3.
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.
4.
Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
5.
Mengklasifikasi.
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
6.
Memfokuskan.
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
7.
Menyatakan hasil observasi.
Dalam hal ini perawat menguraikan
kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.
8.
Menawarkan informasi.
Memberikan tambahan informasi
merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien yang bertujuan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9.
Diam.
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
10. Meringkas.
Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
11. Memberi
penghargaan.
Penghargaan janganlah sampai menjadi
beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan
segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.
12. Memberi
kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan kepada klien untuk
berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
13. Menganjurkan
untuk meneruskan pembicaraan.
Teknik ini memberikan kesempatan
kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
14. Menempatkan
kejadian secara berurutan.
Mengurutkan kejadian secara teratur
akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
15. Memberikan
kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien,
maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien.
16. Refleksi.
Refleksi memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri.
sangat menarik dan membantu makasih kak
BalasHapuspromo axis hari ini
ini referensinya mana yah?
BalasHapus